EVERY PAIN GIVES A LESSON

                            EVERY PAIN GIVES A LESSON
     
      Ada tiga hal yang membuatku kesal hari ini. Yang pertama, aku pulang kehujanan. Biasanya sih aku suka hujan. Sambil naik motor aku bisa menikmati percikan air hujan yang segar di tangan dan kakiku. Segar dan dingin rasanya. Terus kadang aku bisa curhat juga di tengah hujan. Hehe kadang ke Allah, kadang ngomong sendiri, bahkan kadang nangis kejer seperti bocah kehilangan permen yang disukainya. Rasanya nyaman banget berada di tengah hujan, hujan tuh tahu banget perasaanku. Dan lagi orang-orang tidak akan ada yang tahu kalau aku teriak atau nangis di tengah hujan. Bahkan setelah selesai hujanpun orang tidak akan menyadari kalau aku habis menangis. Orang tahunya mukaku basah karena air hujan, padahal mah...
      Tapi hujan kali ini membuatku tidak suka, kenapa? Karena aku lupa bawa jas hujan dan sendal jepit. Sudah lama WFH (Work From Home), itu berarti sudah lama aku tidak ke sekolah jadi jas hujanku sepertinya masih tergantung di jemuran, lupa tidak dilipat dan dimasukkan jok motor. So hasilnya aku kebasahan hari ini. 
     Kedua, tadi aku mampir beli makanan buat buka puasa. Sepertinya aku tidak hati-hati dalam mengambil uang. Uangku berkurang seratus ribu, sepertinya tercecer saat ambil uang buru-buru. Sebel banget dah pokoknya. Karena tidak hati-hati, aku harus kehilangan uang yang ku anggap lumayan banyak. Uuuuh ga bisa beli takjil 5 hari ini mah.
      Ketiga, sesampai aku di rumah, paketan belanja onlineku sudah menungguku. Senang pastinya dong. Tapi begitu dibuka.... eng... ing... eng...warna bajunya tidak sesuai pesananku! Genjreng banget warnanya. Dari warna salem mix abu jadi warna hijau muda mix pink ... aih aku keseeeel banget...
      Rasanya seperti baru PMS, sebel, kesel, benci dan marah, campur aduk jadi satu, tidak karuan. Suasana hatiku langsung ambyar saat itu juga. Alamat aku tidak bisa pakai baju baru Lebaran ini. Tapi anehnya saat buka puasa aku masih doyan makan tuh huuh.
      Habis buka puasa dan sholat Maghrib,  aku mendengar ada suara - suara berisik di luar rumah. Sepertinya ada sedikit keributan. Akupun keluar karena rasa ingin tahu. Ternyata sudah banyak bapak-bapak tetangga yang berkumpul di depan. Aku pasang telinga baik-baik untuk menguping mereka hehehe... kepo tingkat maksimal. Dan otakku pun otomatis merekam informasi bahwa ada anak tetanggaku yang sedang mengamuk karena depresi. Dia berteriak-teriak, memukuli ibunya dan berlari keluar rumah ke jalan. Entah apa yang terjadi sebelumnya. Yang aku tahu, Kak D ini kuliah dan pulang karena pandemi Corona, tidak pernah denger dia aneh-aneh dan yang lain -lain. Cuma memang semalam aku agak kaget waktu Kak D ini tiba-tiba ke rumah dan mencari sesuatu di teras rumahku. Aku tidak menangkap jelas omongannya karena omongannya meracau. Aku hanya mengamatinya dan menunggu dia berbicara jelas. Namun tiba-tiba dia geloyor pergi tanpa pamit padaku. Aku terheran-heran dan berpikir dalam hati:"Lagi gelo ni anak". Tadi dateng mengucap salam, masuk teras orang sambil meracau dan tiba-tiba kabur tak peduli aku yang bengong mencerna maksud dan tujuannya ke rumahku. Aku tidak menyangka kalau apa yang kukatakan dalam hati ternyata beneran. Malam ini aku mendengar Bapak-Bapak tetanggaku menyebutnya begitu.
     Kasihan sekali ya. Mungkin ada hal yang dirasa Kak D dan tak bisa disampaikannya ke orang lain, sehingga membuatnya begitu tertekan dan meledak. Sebagai orang tua, aku berpikir, kita tak pernah tahu akan menjadi anak seperti apa anak yang telah dititipkan oleh Allah ke kita. Yakin pasti kita sudah berusaha yang terbaik untuk anak kita. Tapi kembali lagi, kita bukan penentu hidup ini. Kita berusaha namun Allah yang menentukan. Kita juga tak pernah tahu seperti apakah masalah yang akan menimpa hidup kita. Yang sering kita lupa adalah betapa gampangnya kita menjudge orang lain. Memberi statement seolah kita sudah hidup paling benar karena melihat anak tetangga yang depresi, dengan menjugde orang tuanya tak becus memberi rasa aman bagi anaknya. Aku berharap semoga aku tak termasuk orang yang seperti ini.
        Tiba-tiba, suamiku sudah berdiri di sampingku. Membisikkan sesuatu: "Ibu, ambilin beras dong untuk Pak Jana, ada yang bilang tadi kalau hari ini keluarganya belum makan karena tidak punya uang untuk beli beras". "Ya Allah", kataku. Cepat-sepat aku melangkah ke dalam untuk mengambil beras. Aku sedih mendengarnya. Sakit hatiku terasa pilu. Pak Jana adalah tetangga dekatku dan aku tak tahu kalau keluarganya belum makan. Mereka dulu adalah keluarga yang cukup tapi bisa sampai tak bisa makan saat ini. Hmmm ternyata benar bahwa hidup bisa menjungkirbalikkan diri kita tiba-tiba. Aku juga belajar bahwa kita tak pernah lepas dari masalah karena sejatinya hidup adalah belajar mengatasi permasalahan. Permasalahan besar atau kecil yang datang dan pergi silih berganti seiring waktu. Meskipun kadang permasalahan itu memunculkan rasa sakit dan penderitaan yang tak kecil. Namun, permasalah itu jugalah yang akan membuat kita menjadi lebih kuat lagi. Permasalahan itu pulalah yang membuat kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi dan lagi. Dan karena itulah kita akan benar-benar memaknai hidup yang sesungguhnya. 
       Tiba-tiba rasa kesal dan sebalku menguap entah kemana. Kedinginan karena kehujanan, kehilangan uang yang tak seberapa, warna baju ngejreng, ternyata bukan apa-apa dibanding permasalahan yang dihadapi tetangga-tetanggaku.Semoga permasalahan mereka segera teratasi dengan baik. Terima kasih ya Allah, untuk semua hal dalam hidupku. Aku merasa bersyukur atas semua rasa bahagia atau sedih yang Kau berikan, karena itu artinya aku masih Kau beri kesempatan untuk hidup.
       
 
Tangerang, 18 Mei 2020
 Siti Halimah












  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL REMPAH-REMPAH

PEMANDANGAN DARI ATAS JEMBATAN BP2IP

BELAJAR ICE BREAKING DARI KAK KUSUMO