HALU ITU APA SIH?

 

Kepala, Tanda Tanya, Berpikir, Komunikasi, Pemahaman 

Halu merupakan kosa kata anak muda jaman sekarang yang kurang lebih artinya adalah seseorang yang berkhayal, mengatakan sesuatu yang tidak nyata, berharap terlalu tinggi sementara kenyataannya jauh dari yang dikatakan. Contohnya adalah seseorang yang mengaku mempunyai property banyak seperti: rumah di kawasan elit, apatemen berkolam renang di Jakarta dan tanah di Lampung, perusahaan di Makassar, mobil mewah dan lain-lain, namun dalam kenyataannya dia tinggal di sebuah kontrakan kecil yang sangat sederhana, kerja naik sepeda dan penampilannya pun sederhana dalam arti barang-barang yang menjadi outfitnya pun bukan barang-barang branded. Padahal dia selalu berbicara bahwa dia orang kaya dan kemana-mana diantar sopir. Sementara kenyataannya mau kemana-mana dia naik angkot, ojek, bahkan kalau bekerja seringnya menunggu tumpangan teman atau naik sepeda.

Halu menurut para ahli sendiri sebenarnya singkatan dari kata halusinasi. Halusinasi sendiri merupakan gangguan mental dimana penderitanya dapat merasakan gejala yang berkaitan dengan panca inderanya. Ada beberapa halusinasi yang perlu kita ketahui, yaitu:

1.      Halusinasi visual: melihat ada hewan di ruangan, melihat ada penampakan orang di rumah,   dll

2.      Halusinasi auditori: mendengar bisikan-bisikan, seruan, suara berisik yang mengganggu, dll

3.      Halusinasi gustatory: Merasa hal yang berbeda dari makanan atau minuman yang dirasa

4.      Halusinasi olfaktori: mencium bau-bau yang tidak dicium orang lain

5.      Halusinasi taktil: merasa disentuh, dicolek, digelitik yang sebenarnya tidak (

Penyebab halusinasi sendiri karena beberapa hal, seperti efek penggunaan obat terlarang, kondisi medis tertentu yang menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran, gangguan mental  seperti skizoprenia atau gangguan psikosis, trauma berat, demam tinggi, kurang tidur, gangguan fisik, dan juga isolasi sosial (Dwitama,dr. Adhi Pasha.2020. https://www.sehatq.com: Apakah Halu adalah Sebutan Gangguan mental?” 16 Agustus 2020: 22:31)

Tanda-tanda halusinasi: berbicara sendiri, senyum dan tertawa sendiri, mengatakan dan melihat sesuatu yang tidak nyata, merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Jika seseorang sudah tidak dapat membedakan mana yang nyata dan tidak nyata maka sebaiknya orang tersebut segera mencari pertolongan ahli.

Cara mengatasinya halu yaitu dengan mengajak penderita berdiskusi dan menanyakan hal yang membuatnya nyaman, berilah perlindungan dan kurangi stimulus yang bisa mencetuskan halusinasi. Selanjutnya ciptakan kegiatan yang bisa mengalihkannya dari halusinasi dengan melakukan hobi atau kegiatan positif dan melakukan tehnik relaksasi. Bantuan lebih lanjut bisa ke psikiater, minum obat dan rajin control.

 

Terus bagaimana dengan istilah halu yang pertama disebutkan diatas? Bagaimana dengan orang yang mengaku kaya sekali tapi kenyataannya tidak. Ada apa dengan orang itu? Menurut  Psikolog Christina Dumaria, M.Psi (Rosari, Yanna and Yahya. 2019. “Selegram Halu”: https://www.limone.id: 16 Agustus 2020: 22:40) Istilah halu yang dipakai anak muda di definisi atas lain artinya dengan halusinasi yang merupakan kelainan jiwa. Halu disini sebenarnya orang yang suka berbohong. Orang seperti itu biasanya orang yang mencari sensansi, dia melakukan bragging untuk mencari sensasi, perhatian dan bermaksud pamer. Boleh dibilang orang tersebut  adalah social climber.

Kenapa orang tertarik mendengarkan ceritanya padahal nyata-nyata itu halu? Kalau sebagai teman mungkin karena rasa setia kawan, atau juga karena mendengar ceritanya itu sebuah hiburan untuk ditertawakan, meskipun hiburan yang konyol , terutama untuk bahan ghibah hehe. Yang pasti orang yang halu itu sudah melakukan kebohongan publik yang sudah sepantasnya tidak menjadi orang tersebut bisa dipercaya

 Tapi ternyata sikap-sikap halu itu bisa menimbulkan penyakit. Secara medis ada beberapa hal yang menyebakan orang sering berbohong, seperti kelainan otak, karena cedera fisik atau karena bawaan lahir.

Secara psikologis, sering berbohong data menjadi salah satu penanda adanya gangguan mental seperti gangguan kepribadian dan gangguan obsesif kompulsif. Peneliti menghubungkan kebiasaan berbohong dapat meningkatkan resiko gangguan kecemasan, depresi, kecanduan judi, dan juga resiko kanker, obesitas, hingga gangguan mental (Ferdiaz, Nikita Yulia. 2019. “Bangga Sandang Ratu Halu, Para Ahli Khawatirkan Tabiat Asli Barbie Kumalasari.” https://health.grid.id. 16 Agustus 2020: 23:00)

Jadi kesimpulannya daripada kena gangguan mental lebih baik kita berusaha untuk tidak suka berbohong alias halu. Hiduplah seperti apa adanya kita. Kalau kita baik tak akan ada yang tak mau menjadikan kita teman. Kita hidup bukan untuk memberi kesan wah pada semua orang, namun kita hidup untuk bisa bermanfaat bagi banyak orang.

Siti Halimah

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL REMPAH-REMPAH

PEMANDANGAN DARI ATAS JEMBATAN BP2IP

BELAJAR ICE BREAKING DARI KAK KUSUMO