JENDELA JIWA

 

Rumah mempunyai jendela untuk sirkulasi udara dan untuk membantu masuknya cahaya matahari di siang hari, sehingga membantu memberi penerangan.  Kalau tubuh diumpamakan sebuah rumah maka jendelanya adalah mata. Bukan untuk sirkulasi udara tapi untuk melihat.

Mata selain untuk melihat juga bisa mencerminkan emosi seseorang. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa: “Mata adalah jendela jiwa.” Mata tak pernah berbohong. Kalau kita jeli kita bisa menangkap hal-hal yang ada di dalam hati seseorang. Marah, sedih, gembira, suka, benci, semua bisa tergambar di mata. Bibir bisa saja tersenyum saat sedih, namun mata akan tetap menyiratkan apa yang ada dalam perasaan kita.

Agak sulit untuk mengelabuhi pancaran sinar mata. Semua hal yang ada di dalam perasaan kita akan terpancar keluar. Kalau kita ingin orang menangkap pancaran mata yang tenang, ceria dan tak berbeban, tak ada cara lain selain membersihkan pikiran dan hati kita dari pikiran-pikiran negatif. Selalu berpikir positif terhadap sesuatu. Selalu belajar mencari sisi positif dari sebuah kejadian dan belajar untuk tidak terlalu khawatir.

Hidup memang selalu penuh warna. Bahkan kadang berwarna hitam pekat. Kalau kita tidak bisa merubah warna itu menjadi warna lain yang lebih terang, mari kita belajar merubah sudut pandang pikiran kita terhadap warna hitam. Hitam tak selalu berarti suram dan duka. Hitam juga bisa melambangkan keanggunan dan ketenangan. Semua tergantung bagaimana cara kita memandang.

 

#100katabercerita #30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge #warisanAISEI

#pendidikbercerita

#Day15AISEIWritingChallenge