BERKUNJUNG KE HUTAN MANGROVE

 


Hutan mangrove ini terletak di Desa Muara, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang. Kalau kita sudah di jalan Salembaran – Kosambi kira-kira 8 kilometer jauhnya.

Saat berkunjung kesana bersama teman-teman saya, kira-kira setahun lalu. kata teman saya yang tinggal di dekat jalan Salembaran, dulu masih banyak tambak-tambak udang dan ikan Bandeng di sepanjang jalan menuju ke hutan mangrove. Namun, ketika kami ke sana, tambak-tambak itu sudah tidak ada lagi. Di tempat itu sekarang sedang ada proyek apartemen dan hotel. Tapi di dekat hutan mangrove sendiri masih tersisa tambak-tambak udang dan ikan Bandeng meskipun tidak banyak. Semoga pembangunan apartemen dan hotel itu tidak mengganggu keseimbangan alam di sana ya.

Kami berkunjung ke hutan mangrove ini sudah sore (sehabis Ashar). Masuk ke hutan ini kami membayar restribusi sebesar Rp 15.000 per orang. Itu sudah termasuk parkir. Suasana yang hijau, segar dan adem menyapa kami, begitu kami memasuki kawasan ini. Tambak dan saung-saung tempat peristirahatan yang menyediakan makan siang berupa olahan seafood ada di sekitar lokasi. Karena kami sudah kesorean, saung-saung sudah tutup dan tempat ini sunyi sekali.

Kami melewati jembatan bambu menuju ke hutan mangrove. Ada banyak belokan jalan menuju pantai. Namun, kami memilih belok ke kanan. Alasannya tempatnya lebih terang. Setelah beberapa lama berjalan menikmati hijaunya pohon-pohon mangrove, kicauan burung dan juga ubur-ubur yang sesekali muncul, kami sampai di jembatan cinta. Jembatan ini agak tinggi dibandingkan jembatan bambu yang tadi kami susuri. Tempat ini bagus sekali untuk spot foto. Kamipun tak lupa mengambil beberapa foto di sini. Kami bertemu dengan beberapa pemancing yang masih asyik memancing dari atas jembatan cinta. Setelah menyapa mereka, kami menikmati pemandangan yang indah berupa pohon-pohon mangrove dan air yang mengalir menuju ke pantai. Kami juga menikmati indahnya rona merah matahari yang terpantul di air.

Kami berjalan menuruni jembatan menuju pantai. Pantainya tidak besar. Kami duduk diatas sebuah batang kayu menikmati ombak laut yang datang dan pergi. Ada pohon mati  yang menciptakan siluet bagus dibelakang kami duduk. Kami bermain pasir sebentar dan berswafoto bersama.

Sebenarnya pantainya cukup indah. Namun sayang banyak sampah berserakan merusak keindahan. Sampah berupa botol-botol air minum dan juga plastik-plastik. Sepertinya sampah-sampah ini ditinggalkan begitu saja oleh pengunjung. Sungguh budaya yang kurang bagus untuk ditiru. Kalau saja para pengunjung mau sedikit saja sadar akan budaya jelek ini dan bertanggungjawab pada sampah-sampah yang mereka hasilkan rasanya tempat ini akan jauh lebih bersih, bagus dan nyaman untuk dinikmati. Apalagi jika pemerintah setempat mau mengelola tempat ini dengan lebih serius, kemungkinan besar tempat ini akan tumbuh jadi tujuan wisata yang bagus di daerah Tangerang.

Satu lagi, ini bagian yang paling penting sepertinya. Saya ingin mengingatkan kepada pembaca semua untuk lebih cinta kepada lingkungan. Ketika kita mengunjungi sebuah tempat wisata, jangan mentang-mentang sudah membayar restribusi kemudian kita tidak mau membersihkan sampah yang kita hasilkan. Malulah pada alam yang sudah memberikan keindahannya untuk kita nikmati. Janganlah pemberian itu kita sia-siakan. Mari kita berterima kasih dengan cara tidak mengotori dan merusaknya. Jangan ditiru ya perbuatan para pengunjung di hutan mangrove yang membuang sampah sembarangan.

Salam,

Siti Halimah

#100katabercerita #30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge #warisanAISEI

#pendidikbercerita

#Day7AISEIWritingChallenge

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL REMPAH-REMPAH

PEMANDANGAN DARI ATAS JEMBATAN BP2IP

BELAJAR ICE BREAKING DARI KAK KUSUMO