JALAN MENUJU KECAMATAN ( Kenangan Masa Kecil)
"Aku rindu masa kecil, tak perlu baju bagus, makanan enak ataupun pasangan hati. Yang aku butuhkan hanya hujan untuk basah lalu matahari untuk kembali kering. Di saat itulah waktu di mana logika tak diandalkan." (Deknanas)
Ini adalah salah satu jalan menuju kecamatan di kampungku. Kalau dari rumahku, akan melewati 1 dukuh. Setelah 1 dukuh terlalui akan ada makam, areal persawahan dan juga satu dukuh lagi, kemudian rel kereta api, pasar dan sampailah kita di kecamatan.
Di masa kecilku sawah-sawah ini bisa ditanami macam-macam. Kadang padi, kadang tembakau, tebu pun pernah. Waktu kecil hanya ingat pelajaran IPA bahwa jenis tanaman dibuat berseling menanamnya karena untuk menjaga kesuburan tanah dan juga bisa membunuh hama.
Waktu aku kecil, menuju kecamatan itu terasa jauh sekali. Jalanannya terasa panjang dan lama sampainya. Padahal kira-kira hanya 3 kilometer dari rumah.
Aku suka sekali jalanan ini. Di jalan ini jugalah sawah Bapak berada. Kalau sudah selesai mengajar Bapak akan mengontrol sawahnya. Kadang aku juga ikut ke sawah. Bantuin apa aja termasuk mengusir burung saat padi hampir panen.
Rasanya senang sekali bisa berada di gubuk di tengah persawahan. Bawa bekal, radio kecil, kadang juga buku. Makan di gubuk itu rasanya enak sekali. Padahal paling Ibu bawain oseng kacang dan setengah telor dadar. Kadang juga hanya sama tempe dan sambel. Aku tak tahu apa sebabnya bisa senikmat itu makannya.
Yang paling aku benci adalah kalau Bapak
menanam tembakau. Kenapa? Karena daun tembakau itu rentan dengan serangan ulat.
Dan tugas yang tak aku suka adalah aku dan adik-adikku harus memeriksa daun
tembakau. Kalau ada ulatnya ya harus diambil dimasukkan ke kaleng berisi minyak
tanah biar mati. Aku biasanya pakai penjepit untuk mengambil ulatnya. Geli melihat
ulatnya tersentuh penjepit dan mengeliat, tapi apa boleh buat, tugas dari Bapak harus dijalankan. Kalau tidak begitu nanti daun-daun tembakaunya banyak lubangya dimakan ulat tak tak bisa dipanen. Dan aku ingat sekali kalau bau ulatnya itu tidak enak sama
sekali.
Jalanan ini penuh banget kenangan masa kecilku. Aku bisa main di sawah, main di saluran airnya. Mencari ikan di tempat pengaturan airnya. Biasanya ada ikan Sili, kecil-kecil dan panjang ikannya. Aku tak pernah benar-benar menangkapnya. Karena melihat mereka berenang bersama kawanannya saja sudah menyenangkan bagiku.
Mengingat semua ini membuatku ingin kembali ke waktu itu. Saat tak ada masalah besar dan yang ada hanya senang dan senang.
#100katabercerita #30hariAISEIbercerita
#AISEIWritingChallenge #warisanAISEI
#pendidikbercerita
#Day5NovAISEIWritingChallenge
Masa kecil selalau indah, dan jauh berbeda denganmasa kecil anak-anak kita di zaman millenia.
BalasHapusBetul sekali Pak. Terima kasih kunjungannya Pak D...
HapusMasa kecil kita dulu kelak takkan bisa dirasakan generasi yang akan datang
BalasHapusSetuju sekali Pak, beda jaman beda yang dialami.
HapusKeren yah masa kecil bahagia, sudah tua menikmatinya, terinspirasi Bu ceritanya buat dikenang dan diabadikan.
BalasHapushehe iya Pak Ano, kenangan tak terlupakan. Terima kasih sudah berkunjung...
HapusSama ya bu masa kecil di jaman kita๐๐๐
BalasHapusHehe tapi indah untuk dikenang kan Bu?...
HapusWah enak yah masa kecilnya banyak pemandangan hijau.
BalasHapusHehe iya Bun, kenangan masa kecil anak kampung ya begini Bun...
Hapus