GSM MELALUI PRAKTIK BAIK DALAM PJJ


 

Gerakan Sekolah Menyenangkan

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) merupakan sebuah gerakan yang digagas oleh pasangan suami istri dari Yogyakarta, Muhammad Nur Rizal dan Novi Poespita Candra. Pasangan ini mendeklarasikan gerakan ini setelah melihat sistem pendidikan di luar negeri. Bagaimana anak-anak mereka belajar dengan nyaman dan senang di luar negeri. Berbeda dengan saat belajar di Indonesia.

Gerakan ini didesain bagaimana pembelajaran di sekolah bisa menjadi ruang yang menyenangkan bagi  tumbuhnya  potensi anak. Gerakan Sekolah menyenangkan mempunyai tiga aspek dasar ketrampilan manusia yaitu:

1.      Pola pikir terbuka,

Pola pikir terbuka adalah karakteristik yang melibatkan penerimaan terhadap beragam ide, argumen, dan informasi. Pola pikir seperti ini umumnya dianggap sebagai kualitas positif.

2.      Kompetensi  4 C (Critical Thinking, Creative, Communicative and Collaborative) , kreatif, komunikatif, kolaboratif dalam menemukan cara mengatasi masalah. Diharapkan siswa dapat memiliki 4 kompetensi berpikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi dengan orang lain dan mampu juga bekerja sama dengan orang lain dalam memecahkan masalah.

3.      Karakter moral dan etos kerja. Diharapkan peserta didik memiliki karakter yang baik, yang religius, nasionalis, sopan, santun, disiplin, bertanggung jawab, jujur, dan juga memiliki etos kerja yang tinggi.

Jadi GSM adalah sebuah program yang mencita-citakan sekolah adalah sebuah tempat yang menyenangkan untuk mencari ilmu. Dan juga memfasilitasi siswa agar belajar dengan nyaman, aman, tenang, menyenangkan, sekaligus membuat siswa mampu untuk menjadi pembelajar yang menguasai ilmu pengetahuan kognitif , sikap, ketrampilan, mempunyai pola pikir terbuka, kecakapan 4C, bermoral bagus dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Sekolah yang menerapkan GSM setidaknya harus memiliki dua hal. Pertama sekolah memiliki pembelajaran yang menantang. Sehingga murid tahu proses dan target belajarnya. Maka dari itu harus ada kesepakatan antara murid dan guru. Karena murid akan jadi subyek dalam pembelajaran, bukan obyek.

Kedua, sekolah harus memberikan ruang pada murid untuk mengekspresikan dirinya. Ekspresi tersebut ke depannya harus diarahkan agar bisa jadi program sekolah dan pembelajaran yang baru. 

Dalam situasi normal GSM sudah coba diterapkan di sekolah dan secara serentak sudah di launching penerapannya di sekolah se-Kabupaten Tangerang tahun lalu oleh Bupati Kabupaten Tangerang Ahmed Zaki Iskandar, di Hotel Istana Nelayan. Namun, ketika bulan Maret yang lalu tiba-tiba sekolah harus ditutup karena pandemi Covid-19, sekolah kembali ke titik nol.

Keadaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Tidak ada yang siap dengan PJJ ini. Guru, siswa dan juga orangtua mengalami kesulitannya masing-masing. 

PJJ membuat Guru kewalahan dalam memberikan pembelajaran daring dan luring. Masalah timbul karena tidak ada tatap muka sehingga sulit memberikan penjelasan yang memadai untuk siswa. Guru dituntut untuk bisa memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya dengan keterbatasan fasilitas dan ruang gerak. Keterbatasan fasilitas siswa juga harus membuat guru berpikir lebih keras untuk menghadirkan pembelajaran bagi siswa.

Sementara itu, siswa juga mengalami kesulitannya sendiri. PJJ yang salah kaprah justru memindahkan stress siswa ke rumah. Siswa stress karena tidak bisa mendapatkan cukup penjelasan dari Bapak dan Ibu gurunya, belum masalah jaringan lemot, belum juga masalah kuota yang terbatas. Juga asumsi orang tua putra putrinya di rumah berarti bisa diberdayakan untuk membantu banyak pekerjaan orangtuanya (terutama keluarga miskin). Dan juga tidak semua siswa mendapatkan pendampingan yang baik dari kedua orang tuanya di rumah.

Bayangkan di sekolah ada berapa mata pelajaran. Setiap guru di setiap pertemuan memberikan tugas yang harus segera dikumpulkan.Mirisnya materinya tidak dijelaskan terlebih dahulu. Tugas kemudian diminta dikerjakan dengan tenggat waktu tertentu. Kalau tidak mengumpulkan diancam tidak naik kelas. Jujur kondisi seperti ini masih sering kita temui di sekolah.

Untuk orang tua PJJ juga merupakan masalah baru. Mereka yang bisa mendampingi putra/putrinya dalam belajar juga mengalami stress. Mereka bukan guru yang dipersiapkan untuk mentransfer ilmu-ilmu pengetahuan seperti di sekolah dan tiba-tiba dituntut untuk menjelaskan materi yang kurang mereka pahami. Orang tua menekan siwa untuk mengerjakan tugasnya full dan tepat waktu. Belum lagi orang tua yang tidak bisa mendampingi putra/putrinya karena harus bekerja.  Rasa bersalah dan juga kekhawatiran kegiatan putra/putrinya tanpa pengawasan di rumah muncul lebih banyak dibanding ketika putra/putri mereka bersekolah secara normal.

Pembelajaran Menyenangkan dalam Praktik Baik

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintah pusat maupun daerah sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung dan memperingan PJJ. Pemerintah sudah memberikan bantuan kuota, Kemdikbud sudah meluncurkan kurikulum daurat, berbagai macam seri webinar, bimtek dan juga diklat agar guru bisa menghadapi keadaan pandemi ini. Begitu pula dengan pemerintah daerah yang memberikan bantuan modem internet, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang dengan kebijakan dan supportnya, MGMP, praktisi dan aktivis pendidikan telah banyak membantu terlaksananya PJJ dengan lebih baik daripada semester lalu. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa PJJ masih menyisakan banyak kekurangan. 

Sebanyak apapun bantuan datang, semua kembali ke guru. Sebagai garda terdepan pendidikan, guru harus mampu memenuhi hak siswa untuk belajar, mengusahakan dan  menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan meskipun kondisinya hanya belajar lewat daring.

Langkah yang harus diambil guru adalah:

1.      Benar-benar mengenalkan protokol kesehatan 3 M ke siswa bukan hanya slogan

2.      Membangun kegitan-kegiatan yang membangun ketahanan keluarga di tengah pandemi, dengan melibatkan orang tua dalam pembelajaran. Misalnya orang tua sebagai narasumber belajar

3.      Melaksanakan asesmen diagnosis awal yang bertujuan agar guru mengetahui benar bagaimana kondisi siswa dan bisa mencari solusi yang terbaik terkait masalah tersebut.

4.      Melaksanakan asesmen formatif  agar kita bisa menggunakannya untuk memperbaiki pembelajaran

5.      Menghentikan tugas hanya dari LKS dan tugas yang membebani siswa diganti dengan kontekstual learning

6.      Mampu mengaitkan materi yang ada dalam kurikulum menjadi pengetahuan kontekstual

7.      Menghidupkan kelas daring dengan aktivitas yang menyenangkan dan memberi semangat siswa.

8.      Tidak perlu memaksakan konten kurikulum kalau memang siswa tidak  mampu mengikuti. Alangkah lebih baik seandainya kegiatan pembelajaran lebih ke kontekstual, kehidupan nyata.

Guru juga harus bisa melakukan praktik baik dalam kelasnya. Praktik baik adalah suatu cara paling efisien dan efektif  untuk menyelesaikan suatu tugas dengan pola/ prosedur yang dapat diulang dan terbukti manjur. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam praktik baik adalah menceritakan kisah sukses atau pengalaman terbaiknya yang berupa kreativitas dan inovasi guru dalam mengatasi persoalan di kelasnya sehingga dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Tidak harus langkah besar tapi langkah kecil yang berarti.

Sebelumnya guru harus terlebih dahulu melakukan asesmen diagnosis awal PJJ untuk mengetahui apakah kendala yang dialami peserta didik. Guru mendaftar permasalahan yang ada untuk kemudian mulai merancang cara mengatasi masalah dengan penanganan yang mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan dan mulai mempraktikkannya sebagai aksi di dalam kelas.

Guru kemudian melaksanakan proses pembelajaran yang menyenangkan dengan terus memotivasi siswa untuk tetap semangat belajar dan  melaksanakan kegiatan yang mendorong siswa menguasai konteks bukan konten. Guru juga harus mendorong mereka untuk bisa berkolaborasi dengan teman-temannya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Memberi ruang untuk siswa agar mengemukan pendapat  dan ide-ide mereka. Sambil terus menanamkan sikap dan karakter yang baik dalam pembelajaran. Praktik baik bisa dilihat di Surat Kabar Guru Belajar edisi Sekolah Lawan Corona. Di sana banyak contoh-contoh yang sudah berhasil dilakukan guru dalam praktik baiknya. Tidak harus yang muluk-muluk, yang penting adalah mengenali keterbatasan dan kekurangan sehingga menciptakan penyelesaian masalah, memberikan semangat dan menghadirkan kegembiraan untuk siswa dalam belajar.

Silakan lihat di link berikut. Ini contoh praktik baik yang saya lakukan di kelas saya. https://sthalimah0815.blogspot.com/2020/11/praktik-baik_19.html

Memang sedikit repot untuk menjalankan itu semua dibandingkan dengan kemudahan memberikan tugas melalui LKS atau penugasan yang lain. Namun, kalau kita sebagai guru mau melakukannya kita akan terus tumbuh dengan baik dibandingkan dengan jika kita tidak melakukan apa-apa. Kita harus ingat bahwa kita adalah pendidik dan tidak boleh membiarkan anak-anak stress berkepanjangan menghadapi PJJ. Jangan biarkan anak-anak bosan dan meninggalkan kelas kita karena cara mengajar kita yang monoton dan tidak menyenangkan.

Kesimpulannya Gerakan Sekolah Menyenangkan bisa kita jalankan dalam PJJ asalkan guru mau dan punya kemauan keras untuk menggali permasalahan dan mencoba mengatasinya melalui praktik-praktik baik yang dilakukan di dalam kelas. Anggap PJJ adalah berkah bagi guru untuk terus belajar sehingga siswa kita juga akan memetik hasilnya. Semangat !!!

Daftar Pustaka:

1.  Harususilo, Yohanes Enggar. ”Dorong Potensi Siswa lewat Gerakan Sekolah Menyenangkan”. Kompas.com. Diakses 18 November 2020 https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/25/20072121/dorong-potensi-siswa-lewat-gerakan-sekolah-menyenangkan?page=all.

 2.   “Pembelajaran Menyenangkan dibutuhkan oleh siswa selama Pandemi”. Media Indonesia. Diakses 19 November 2020. http://mediaindonesia.com./read/detail/303105-pembelajaran-menyenangkan-dibutuhkan-oleh-siswa-selama-pandemi,

 3.   Harususilo, Yohanes Enggar. “Gerakan Sekolah menyenangkan: Kurikulum Ketahanan Diri di Normal Baru Pendidikan”. Kompas.com diakses tanggal 19 November 2020. https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/05/143225371/gerakan-sekolah-menyenangkan-kurikulum-ketahanan-diri-di-normal-baru?page=all.

 

 

#100katabercerita #30hariAISEIbercerita

#AISEIWritingChallenge #warisanAISEI

#pendidikbercerita

#Day23NovAISEIWritingChallenge

 

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL REMPAH-REMPAH

PEMANDANGAN DARI ATAS JEMBATAN BP2IP

BELAJAR ICE BREAKING DARI KAK KUSUMO