MENIMBA ILMU DARI WARTAWAN GAEK NAN HEBAT

 

SESI 18 Belajar Menulis Gelombang 16

Moderator       : Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd

Narasumber     : Bapak Nur Aliem Halvaima, S.H, M.H

 


Di sesi ke-18 Belajar menulis gelombang 16 malam ini, kami kedatangan narasumber yang luar biasa. Beliau adalah Bapak Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Beliau adalah seorang wartawan,  sekaligus penulis buku.

Profil

Bapak Nur Aliem Halvaima dilahirkan di Bugis, 10 agustus 1960 dari pasangan H. Muhammad Bakri Puang Boko dan Hajjah Sitti Maryam Puang Mene. Beliau merupakan anak ke-3 dari 7 bersaudara.

Beliau menempuh pendidikan Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar. S1 di Fakultas Syari’ah dan hukum Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta. S2 Ilmu Hukum di Universitas Islam Jakarta, lulus tahun 2015, dengan judul tesis: "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta".

Prestasi menulis antara lain :

1.    Dua kali berturut-turut Juara Lomba Menulis Artikel Bertema Pramuka antar wartawan dan Umum Tingkat Nasional 2011 dan 2013, yang digelar Kwarnas Pramuka.

2.      Juara Lomba Menulis Pengalaman Mudik Asyik Republika Online.

3.     Juara di beberapa lomba menulis blog antara lain: Online Shop Kudo,

4.      Lomba Menulis Puisi Spontan Pedas,

5.    Lomba Blog Teacher Writing Camp IGI Bekasi, Smartphone Oppo, Dompet Duafa, Asuransi Raksa Online, Online Shop Shofie Martin, Restauran Bebek Kaleyo, BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir), Tokoh Populer, Suara Konsumen.

6.     Juara Utama lomba video Youtube Asuransi Mobil Raksa Online (2019)

Selain penulis, beliau juga seorang blogger di www.nurterbit.com, Kompasiana, Kumparan, Viva, Blogdetik (alm), PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen, Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis. Beliau juga seorang Youtuber  di channelnya YouTube.com/nurterbit. Terkadang beliau juga mendampingi kliennya sebagai pengacara karena beliau juga seorang ahli hukum,

 

Nur Terbit

Di dunia tulis menulis, beliau mempunyai nama keren, yaitu Nur Terbit. Nama itulah yang  beliau pakai dalam tulisan-tulisannya.

Beliau adalah wartawan reportase yang menulis  berita, peristiwa, laporan pandangan mata dari lapangan. Secara tertulis atau (kadang) dilengkapi foto dari TKP ke kantor redaksi koran/media cetak. Media tempat beliau bekerja dahulu adalah media cetak atau Koran.

Beliau memulai karir di Makassar dan selanjutnya pindah ke Harian Terbit (Pos Kota Group) di Jakarta, sebagai reporter, kemudian redaktur . Pengalaman jurnalis beliau  sebagai pemegang kartu Wartawan Utama dari Dewan Pers - PWI Pusat ini, antara lain : Wartawan/Editor Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota Grup) 1980-2014. Pemred Vonis Tipikor versi  majalah dan online 2014-2017. Pemred Corong versi majalah dan online 2019-2020. Pemred Telescope versi majalah dan online 2020. Redaktur Eksekutif Possore.com 2015 s/d Sekarang. Redaktur/Admin tamu sejumlah media online, majalah, tabloid 2014 s/d sekarang.

Sebagai seorang wartawan beliau memberikan pengetahuan tentang apa beda pola penulisan berita di media dengan menulis bebas untuk artikel? Untuk media, berita tidak boleh menyertakan pendapat wartawannya. Semua ditulis apa adanya tanpa opini penulis atau wartawannya. Sedangkan untuk artikel kita sudah pasti boleh menyertakan pendapat atau opini kita sebagai penulis. Dan sudah pasti harus disertakan nama penulisnya. Artikel ini ada kolomnya tersendiri di sebuah media baik koran, majalah maupun tabloid.

Di kolom opini ini seseorang boleh menyumbangkan pemikirannya, namun harus sesuai dengan bidang keilmuannya atau bidang yang dikuasainya. Tentu saja kalau berhasil dimuat oleh media, menulis di kolom artikel ini akan diberi honor. Orang yang sudah ahli atau pakar dalam salah satu bidang ilmu akan menjadi penulis tetap dan diberikan honor yang tinggi. Dan media-media besar seperti Kompas, Majalah Tempo, Republika, Media Indonesia mempunyai standar honor yang tinggi.

Namun, karena pandemi, banyak media yang akhirnya gulung tikar. Yang masih bertahan adalah yang mempunyai media online.  Tetapi selalin mempunyai sisi negatif berkurangnya pasar media cetak, media online memberi angin segar kepada  citizen journalism untuk netizen.

 

Sejak Kapan Nur Terbit Suka Menulis?

Menulis sudah mulai beliau lakukan waktu beliau  masih ada di SD. Kebiasaan ini terbangun karena ayah beliau yang bekerja di Kemdikbud  Kabupaten Maros sering membawakan buku-buku inpres, berbagai macam jenis bacaan baik pelajaran, dongeng, dan cerita petualangan dan juga majalah anak-anak Kuncung, Bobo ke sekolah-sekolah termasuk, sekolah beliau. Hal ini memicu beliau untuk suka membaca dan kemudian tertarik untuk mulai menulis.

Di masa SD itulah beliau mulai memberanikan diri untuk mengirimkan tulisan beliau ke media Koran Pedoman Rakyat (PR) di Makassar. Tulisan yang dikirim adalah puisi anak, cerita anak, gambar/lukisan anak. Sangat membanggakan ketika tahu tulisan beliau dimuat di Koran tersebut. Namun yang lebih membanggakan adalah saat menerima wesel berisi honor tulisan beliau. Luar biasa ya, kecil-kecil sudah berhasil menulis di Koran.

Setelah itu langkah beliau mulai merambah ke lomba-lomba menulis. Beliau beberapa kali mewakili sekolah untuk lomba menulis dan menang.

Benih-benih menulis yang sudah disemai ini terus tumbuh dan bersemi di SMP dan PGA  (Pendidikan Guru Agama). Di PGA ini beliau mempunyai pengalaman yang sangat menarik sebagai guru pratikan di SD. Beliau yang berbadan mungil harus mengajar siswa kelas 6 SD Muhammadiyah Maros Sulawesi Selatan  yang ternyata badannya sudah bongsor-bongsor.  Pengalaman ini beliau tulis dan ikut sertakan dalam lomba mengarang pengalaman ke majalah HAI (Kompas Group). Beliau mendapat juara harapan 1. Hadiahnya Kamus Indonesia-Inggris Hassan Sadeli dan T-Shirt HAI. Pengalaman yang sangat membanggakan karena para juaranya adalah penulis-penulis yang sudah terkenal dijaman tahun 1980 an, seperti  Leila S Chodori, GolaGong, AGS Arya Dwipayana, dan lain-lain. 

Saat menjadi mahasiswa Nur Terbit muda menjadi pengelola majalah kampus di IAIN Makassar. Beliau juga mulai merambah menjadi wartawan resmi. Kemudian bergabung di Harian Terbit tahun 1984. Beliau mulai menulis opini, feature, laporan bersambung, cerpen percintaan atau tema keluarga dan lain-lain.

Sampai akhirnya Koran tempatnya bekerja dijual dan beliau akhirnya pensiun dini dan melanjutkan aktivitas menulis blog, medsos (FB, Twitter, Instagram, dan Youtube)

Tulisannya akhirnya berceceran dimana-mana. Dari situlah buku-bukunya diterbitkan, termasuk yang terbaru yang diterbitkan oleh YPTD-nya Pak Thamrin Dahlan, yang berjudul : “Wartawan Bangkotan” Buku karya beliau yang lain adalah “Lika-Liku Kisah Wartawan" diterbitkan PWI Pusat dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional 2020.

 

Harus Banyak membaca

Menurut Nur Terbit agar kita menjadi penulis yang handal kita harus banyak membaca. Karena dengan membaca kita akan:

1.      Memperkaya perbendaharaan kata

2.      Belajar EYD

3.      Menambah wawasan, terutama bagaimana format menulis: belajar menyusun paragraf, huruf sambung   dan lain lain

4.     Belajar gaya menulis dari banyak membaca tulisan orang lain. Agar muncul gaya kita sendiri.

Begitu pentingnya membaca bagi seorang penulis maka membaca tak boleh dihilangkan kalau kita ingin jadi penulis.

 

Kunci Menulis Ala Nur Terbit:

Dari pengalaman beliau, beliau memberikan 3 kunci untuk menulis agar tidak menjadi plagiat orang lain:

1.     Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang D-ialami sendiri, yang D-isukai, yang D-ikuasai

2.    Rajin membaca, menonton TV/film, mendengar radio utk memperkaya wawasan sebagai tabungan ide kalau mau menulis, terutama untuk genre fiksi

3.     PDLS = Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)

4.     TBTO = Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang

5.    TLMM = Terus Latihan Menulis di Media (Medsos). Minta pendapat keluarga apakah tulisan kita sudah enak dibaca dan bagus. Kalau belum sempurnakan lagi dan lagi

6.     TILM = Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita

 

Kesimpulan

Menulis itu harus dimulai. Tulis sekarang juga apa yang ingin kita tulis. Jangan biarkan mengendap di kepala karena kepala kita sudah penuh dengan beban hidup. Nanti idenya kan hilang kalau tidak segera ditulis. Intinya, mulai saja dulu karena kita tidak pernah tahu kapan datangnya sukses, peluang dan rejeki. Yang penting kita sudah memulai.Kalau tiba saat itu untuk kita, kita sudah siap.  

Kuliah dan sharing pengalaman yang sangat menarik dari seorang Nur Terbit. Sungguh beruntung bisa mengikutinya. Terima kasih Bapak Nur Terbit.   

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL REMPAH-REMPAH

PEMANDANGAN DARI ATAS JEMBATAN BP2IP

BELAJAR ICE BREAKING DARI KAK KUSUMO